Apa itu Riba’ dan mengapa Riba’ itu haram?

Definisi Riba’:

Riba diambil dari Bahasa Arab pada asalnya bermakna bertambah dan tumbuh.

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

يَمۡحَقُ ٱللَّهُ ٱلرِّبَوٰاْ وَيُرۡبِي ٱلصَّدَقَٰتِۗ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ أَثِيمٍ

“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan bergelimang dosa.” (Al:Baqarah: 276)

Sedangkan Riba menurut ahli fiqah adalah: Memberi tambahan pada hal-hal yang khas.

 

Dalil keharaman riba:

Hukum Riba secara ijma’ ulama’ adalah haram. Allah berfirman:

ٱلَّذِينَ يَأۡكُلُونَ ٱلرِّبَوٰاْ لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ ٱلَّذِي يَتَخَبَّطُهُ ٱلشَّيۡطَٰنُ مِنَ ٱلۡمَسِّۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمۡ قَالُوٓاْ إِنَّمَا ٱلۡبَيۡعُ مِثۡلُ ٱلرِّبَوٰاْۗ وَأَحَلَّ ٱللَّهُ ٱلۡبَيۡعَ وَحَرَّمَ ٱلرِّبَوٰاْۚ فَمَن جَآءَهُۥمَوۡعِظَةٞ مِّن رَّبِّهِۦ فَٱنتَهَىٰ فَلَهُۥ مَا سَلَفَ وَأَمۡرُهُۥٓ إِلَى ٱللَّهِۖ وَمَنۡ عَادَ فَأُوْلَـٰٓئِكَ أَصۡحَٰبُٱلنَّارِۖ هُمۡ فِيهَا خَٰلِدُونَ

“Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan kerana gila.Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli itu sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barangsiapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barangsiapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka,mereka kekal di dalamnya.” (Al-Baqarah: 275)

Rasulullah shollahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قَالَ لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم آكِلَ الرِّبَا وَمُوكِلَهُ وَكَاتِبَهُ وَشَاهِدَيْهِ وَقَالَ هُمْ سَوَاءٌ‏

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melaknat pemakan riba, yang memberi riba, penulisnya dan dua saksinya,” dan baginda bersabda: “Mereka semua sama.” (Hadith Muslim)

Dan diantara tujuh dosa-dosa besar, salah satunya adalah riba, seperti mana sabda Rasulullah shollahu ‘alaihi wa sallam:

اجتنبوا السبع الموبقات، قالوا: يا رسول الله: وما هن ؟ قال: الشرك بالله ، والسحر ، وقتل النفس التي حرم الله إلا بالحق ، وأكل الربا ، وأكل مال اليتيم ، والتولي يوم الزحف ، وقذف المحصنات المؤمنات الغافلات

“Jauhilah tujuh perkara yang membawa kehancuran,” dan beliau menyebutkan di antaranya, “Memakan riba.”

 

Jenis-jenis riba:

Jenis Pertama: Riba Fadhal (Riba tambahan)

Rasulullah shollahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الذَّهَبُ بِالذَّهَبِ وَالْفِضَّةُ بِالْفِضَّةِ وَالْبُرُّ بِالْبُرِّ وَالشَّعِيرُ بِالشَّعِيرِ وَالتَّمْرُ بِالتَّمْرِ وَالْمِلْحُ بِالْمِلْحِ مِثْلاً بِمِثْلٍ سَوَاءً بِسَوَاءٍ يَدًا بِيَدٍ فَإِذَا اخْتَلَفَتْ هَذِهِ الأَصْنَافُ فَبِيعُوا كَيْفَ شِئْتُمْ إِذَا كَانَ يَدًا بِيَدٍ

“Jika emas dijual dengan emas, perak dijual dengan perak, gandum dijual dengan gandum, sya’ir (salah satu jenis gandum) dijual dengan sya’ir, kurma dijual dengan kurma, dan garam dijual dengan garam, maka jumlah (takaran atau timbangan) harus sama dan dibayar tunai. Jika jenis barang tadi berbeza, maka silakan engkau menukarnya sesukamu, namun harus dilakukan secara tunai.” (HR. Muslim)

Berdasarkan Hadith di atas, secara jelas Rasulullah menerangkan bahawa enam komiditi yang disebutkan sekiranya ditukar (barter) boleh dijual-beli dengan dua syarat utama:

Syarat pertama: Transaksi haruslah dilakukan secara tunai.

Contohnya: Gandum yang ditukar dengan kurma harus ditukar di tempat tanpa waktu tertunda, jika tidak dia disebut dengan riba nasi’ah (akan kita terangkan pada jenis kedua tentang riba ini).

Syarat kedua: Barang yang ditukar dari jenis yang sama mesti sama jumlahnya meskipun ada perbezaan kualiti di antara keduanya.

Contohnya 2 kg kurma ajwa haruslah ditukar dengan 2 kg kurma jenis sofawi, walaupun di pasar harganya berlainan.

Soalan: Adakah barang-barang ribawi terbatas hanya pada enam komiditi di atas ataupun selain itu juga?

Jawapan: Yang rajih (benar) menurut majoriti ulama’, riba juga berlaku pada selain enam komiditi di atas? Sebagai contoh duit dolar Singapura, sekiranya saya menukar 50 sgd sebanyak satu keping, maka saya diwajibkan menukarnya dengan jumlah yang sama 10 sgd lima keping misalkan. Jika saya diwajibkan menambah walau 10 sen sahaja maka itulah riba fadhal, tapi jika saya menukar 50 sgd dengan 150 riyal misalnya, tidak mengapa meskipun jumlahnya berlainan dengan syarat harus dilakukan di tempat dan waktu yang sama, jika tidak ia disebut dengan riba nasi’ah yang akan kita bahas pada jenis riba kedua.

 

Jenis kedua: Riba Nasi’ah (Riba penundaan)

Riba ini terjadi kerana adanya keterlambatan penukaran dari 6 komiditi di atas seperti yang disebutkan Berdasarkan Hadith Rasulullah di atas. Contoh yang disebutkan tadi juga seperti 50 sgd haruslah ditukar dengan 50 sgd yang sama di tempat yang sama, yang dimaksudkan dengan majelis yang sama adalah tanpa penundaan. Jika ditunda walaupun satu jam maka itulah riba nasi’ah. Riba ini juga dikenali dengan riba jahiliyyah.

 

Jenis Ketiga: Riba Al-Qardh (Riba hutang)

Pada hakikatnya, hanya riba fadhal dan riba nasi’ah yang disebutkan Berdasarkan penerangan Hadith di atas, namun para ulama menjabarkannya dalam bentuk contoh riba yang berlaku di zaman mereka hingga sekarang, salah satunya dalam bentuk riba Al-Qardh ini. Sebagai contoh riba Al-Qardh ini adalah seseorang yang meminjam duit 1000 sgd misalkan, diwajibkan untuk membayarnya dengan jumlah tambahan 100 sgd sekiranya terlambat setiap bulan. Maka ia memiliki persamaan dengan riba fadhal dari sisi tambahan, dan persamaan dengan riba nasi’ah dari sisi penundaan tempat pembayaran.

Kaedah dari jenis riba ini yang dirangkumkan para ulama’:

وَكُلُّ قَرضً جَرَّ نَفْعاً فَهُوَ رِباً

“Setiap piutang yang mendatangkan kemanfaatan (keuntungan), maka itu adalah riba.”

 

Keburukan riba:

Para ulama’ telah berijma’ (bersepakat) bahawa riba itu adalah termasuk dosa besar berdasarkan dalil- dalil yang disebutkan sebelumnya, pelakunya pula mendapat ancaman diperangi Allah ta’ala:

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَذَرُواْ مَا بَقِيَ مِنَ ٱلرِّبَوٰٓاْ إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِينَ * فَإِن لَّمۡ تَفۡعَلُواْ فَأۡذَنُواْ بِحَرۡبٖ مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦۖ وَإِن تُبۡتُمۡ فَلَكُمۡ رُءُوسُ أَمۡوَٰلِكُمۡ لَاتَظۡلِمُونَ وَلَا تُظۡلَمُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum diambil) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasulnya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya. (Al-Baqara: 278-279).

Ayat ini merupakan bukti ketegasan Allah ta’ala kepada pelaku riba, mereka akan di perangi Allah ta’ala yang membawa makna mereka akan dimusuhi Allah. Bayangkan, dimusuhi atau diperangi manusia sahaja kita sudah lelah, apa lagi jika di perangi Allah, hidup kita akan susah dan tidak tenang tentunya.

Pelakunya juga dilaknat Allah ta’ala:

قَالَ لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم آكِلَ الرِّبَا وَمُوكِلَهُ وَكَاتِبَهُ وَشَاهِدَيْهِ وَقَالَ هُمْ سَوَاءٌ‏

Dari Jabir Radhiyallahu anhu, dia berkata: Rasulullah sollallahu ‘alaihi wa sallam melaknat pemakan riba, pemberi makan riba, penulisnya dan dua saksinya”, dan Baginda Shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Mereka itu sama.” (HR. Muslim)

Ini semua keburukan-keburukan riba di dunia, sedangkan di akhirat ada beberapa akibat yang sangat buruk akan menimpanya.

Antaranya sabda Rasulullah shollahu ‘alaihi wa sallam:

عَنْ عَوْفِ بن مَالِكٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :”إِيَّايَ وَالذُّنُوبَ الَّتِي لا تُغْفَرُ: الْغُلُولُ، فَمَنْ غَلَّ شَيْئًا أَتَى بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَآكِلُ الرِّبَا فَمَنْ أَكَلَ الرِّبَا بُعِثَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَجْنُونًا يَتَخَبَّطُ”, ثُمَّ قَرَأَ: “الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لا يَقُومُونَ إِلا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ”

Dari ‘Auf bin Malik, dia berkata: RAsulullah Shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jauhilah dosa-dosa yang tidak terampuni: ghulul (mengambil harta rampasan perang sebelum dibagi; khianat; korupsi). Barangsiapa melakukan ghulul terhadap sesuatu barang, dia akan membawanya pada hari kiamat. Dan pemakan riba. Barangsiapa memakan riba akan dibangkitkan pada hari kiamat dalam keadaan gila, berjalan tidak tentu arah.”

Dan kemudian di neraka mereka akan berenang di sungai darah, Rasulullah shollahu alaihi wasallam bersabda:

عَنْ سَمُرَةَ بْنِ جُنْدُبٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِىُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : رَأَيْتُ اللَّيْلَةَ رَجُلَيْنِ أَتَيَانِى ، فَأَخْرَجَانِى إِلَى أَرْضٍ مُقَدَّسَةٍ ، فَانْطَلَقْنَا حَتَّى أَتَيْنَا عَلَى نَهَرٍ مِنْ دَمٍ فِيهِ رَجُلٌ قَائِمٌ ، وَعَلَى وَسَطِ النَّهْرِ رَجُلٌ بَيْنَ يَدَيْهِ حِجَارَةٌ ، فَأَقْبَلَ الرَّجُلُ الَّذِى فِى النَّهَرِ فَإِذَا أَرَادَ الرَّجُلُ أَنْ يَخْرُجَ رَمَى الرَّجُلُ بِحَجَرٍ فِى فِيهِ فَرَدَّهُ حَيْثُ كَانَ ، فَجَعَلَ كُلَّمَا جَاءَ لِيَخْرُجَ رَمَى فِى فِيهِ بِحَجَرٍ ، فَيَرْجِعُ كَمَا كَانَ ، فَقُلْتُ مَا هَذَا فَقَالَ الَّذِى رَأَيْتَهُ فِى النَّهَرِ آكِلُ الرِّبَا

Dari Samurah bin Jundub, dia berkata: Nabi Shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Tadi malam aku bermimpi ada dua laki-laki yang mendatangiku, keduanya membawaku ke kota yang disucikan. Kami berangkat sehingga kami mendatangi sungai darah. Di dalam sungai itu ada seorang laki-laki yang berdiri. Dan di pinggir sungai ada seorang laki-laki yang di depannya terdapat batu-batu. Laki-laki yang di sungai itu mendekat, jika dia hendak keluar, laki-laki yang di pinggir sungai itu melemparkan batu ke dalam mulutnya sehingga dia kembali ke tempat semula. Setiap kali laki-laki yang di sungai itu datang hendak keluar, laki-laki yang di pinggir sungai itu melemparkan batu ke dalam mulutnya sehingga dia kembali ke tempat semula. Aku bertanya, “Apa ini?” Dia menjawab, “Orang yang engkau lihat di dalam sungai itu adalah pemakan riba’”. (HR. al-Bukhari)

Para pembaca yang dirahmati Allah Subhanahu wa ta’ala, masih ada banyak lagi dalil dari Al-Qur’an dan Hadith yang menunjukkan keharaman serta keburukan riba. Ia adalah termasuk dosa besar yang dianggap biasa pada zaman ini.

Ini kerana kehidupan pada zaman moden ini secara tidak langsung memudahkan wasilah kita dalam mengamalkan riba. Hutang rumah, hutang kereta, barang-barang belanja bahkan hingga hutang peribadi begitu udah diambil, cukup dengan menggunakan kad kredit, demi hawa nafsu sesaat kita terlupa akan akibatnya di belakang nanti harus membayar jumlah sekian dan sekian.

Kita begitu mengambil ringan ancaman-ancaman Allah dan Rasul-Nya. Jika kita ingin melihat keadaan di sekeliling kita, maka akan kita dapatkan begitu banyak orang yang dipaksa bekerja demi membayar hutang mereka yang terus bertimbun akibat riba.

Pelaku riba dilaknat Allah, hasilnya di dunia hidupnya tidak tenang, rezekinya tidak ada berkah, suami- isteri bergaduh, anak-anak derhaka pada ibu-bapanya, ini semua baru balasan di dunia. Sedangkan di akhirat azab yang pedih menanti.

Para pembaca yang dirahmati Allah ta’ala, jika kita ingin bermuhasabah maka lihatlah begitu ramai orang yang mungkin tidak nampak kaya-raya, tidak memiliki rumah, kereta dan harta namun hidup mereka tenang dan tenteram. Sebaliknya, begitu banyak yang kelihatannya kaya, memiliki rumah yang besar, kenderaan yang mewah namun hidup mereka tidak bahagia, keluarga porak poranda.

Tidak jarang riba juga dapat membuatkan orang menjadi gila, kehidupannya setiap hari bagaikan hamba sahaya yang bekerja siang dan malam hanya demi melunaskan hutang yang terus bertambah. Hanya demi kesenangan sesaat.

Rasulullah shollahu alaihi wasallam bersabda:

عَنِ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: الرِّبَا اثْنَانِ وَسَبْعُونَ بَابًا أَدْنَاهَا مِثْلُ إِتْيَانِ الرَّجُلِ أُمَّهُ وَأَرْبَى الرِّبَا اسْتِطَالَةُ الرَّجُلِ فِي عِرْضِ أَخِيهِ

“Riba itu ada 72 pintu (dosa). Yang paling ringan adalah semisal dosa seseorang yang berzina dengan ibu kandungnya sendiri. Sedangkan riba yang paling besar adalah apabila seseorang melanggar kehormatan saudaranya.” (HR. Al Hakim dan Al Baihaqi)

Saudara pembaca yang budiman, segeralah tinggalkan riba! Tinggalkan berperang dengan Allah, syurga itu benar, neraka itu benar, dan sejatinya kita akan dihisab setiap amalan kita.

Bagi yang sudah terlanjur, maka bertaubatlah kepada Allah ta’ala dengan taubat nasuha, anda boleh cari cara bagaimana melunaskannya dengan belajar dari orang-orang yang berpengalaman sebelumnya.

InshaAllah, jika anda ikhlas dalam taubat anda. Allah Subhanahu wa ta’ala akan mudahkan anda untuk keluar dari jerat riba tersebut. Firman Allah Ta’ala,

وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا ۙ  وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah nescaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (At-Tholaq: 2-3).

Mudah-mudahan Allah ta’ala memudahkan urusan kita semua di dunia dan di akhirat. Amin ya rabbal alaamin.

Disclaimer

The views, opinions, findings, and conclusions expressed in these articles are strictly those of the authors. Furthermore, Al-Falah Mosque does not endorse any of the personal views of the authors on any platform. Our team is diverse on all fronts, allowing for constant, enriching dialogue that helps us produce high-quality content.

Support Our Dakwah

Your donation will allow us to produce more programs & Islamic content that will bring benefits to the Muslim community in Singapore. The Messenger of Allah ﷺ said, “Verily, Allah is generous, and He loves generosity and exalted character.”
Donate

Related Articles